Waduh sorry banget nih ya baru nulis lagi, udah berapa chapter tuh ke-skip. Tapi anyway selamat datang di Long Live Learning Weekly Blog edisi ke-lima, Cerminan | #5. Rekap mingguan seperti biasa atau langsung bulanan yah, kan udah sebulanan. Haha. Nah, belakangan ini banyak banget sebenarnya berita dan kejadian-kejadian menakjubkan yang pengen banget gua bahas, dari kejadian demo yang heboh di Indonesia, blundar-blunder wakil rakyat, reaksi presiden penculik, dan bahkan hal yang receh nan kocak seperti Koperasi Merah Putih. Bahkan teman gua sampai mengira bahwa diri ini sudah terbungkam oleh rezim karena tidak menulis di saat kejadian-kejadian asyik tadi lagi berlangsung dan panas-panasnya.
Sorry banget sekali lagi, dari tulisan terakhir juga sebenarnya udah gua kasih tau bahwa akan ada indikasi libur walaupun memang rencananya ga akan selama ini baru bisa nulis lagi. Okay udah 2x minta maaf kayaknya cukup, kita langsung saja. Ada beberapa hal yang pengen gua bahas di 3L weekly blog ini:
Masuk surga Jalur WNI

Daripada dibahas satu-satu dan karena sudah kelewatan juga, jadi mending langsung disatuin aja kali ya.
Menurut gua salah satu privilege terbesar serta paling bernilai yang dimiliki oleh seorang Warga Negara Indonesia dan belum tentu dimiliki oleh warga negara lain adalah probabilitas masuk surga yang sangat tinggi. Gimana enggak, orang tiap hari dizolimi oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintah level kecamatan, bahkan di level desa serta RT/RW. Kita juga sebenarnya sudah bosan mendengar berita buruk yang selalu bermunculan tiap hari di bumi pertiwi ini. Sekali lagi, TIAP HARI. Mulai dari power abuse, korupsi, keadilan yang bisa dibeli, tindakan diluar hukum dan bahkan masalah selangkangan-nya mereka. Muak.
Jadi sebenarnya akan mudah sekali bagi seorang Warga Negara Indonesia untuk masuk surga atau hidup sebagai reinkarnasi yang lebih baik untuk penganutnya. Ya karena memang tiap hari diberlakukan secara tidak adil. Simpelnya, tinggal jaga rukun agama aja dan tidak gonta-ganti tuhan, udah selesai masuk surga tuh. Belum tentu orang negara lain bisa begitu, harus berlomba-lomba dalam kebaikan dulu mereka. Susah hidupnya. Makanya jadi WNI.
Gimana ga tolol, kan cerminan kita semua
Tapi, dibalik semua itu kita juga gabisa tutup mata dan hanya menyalahkan mereka-mereka saja yang telah dipilih rakyat. Mereka adalah hasil pilihan rakyat yang dipilih secara kolektif, yang berarti mereka adalah cerminan orang-orang yang memilih tersebut. Memang, jika yang “berjabatan” itu bukanlah pilihan lo misalnya, tapi tidak juga akan menghapus fakta bahwa yang memilihnya lebih banyak karena memang mereka juga cerminan dari masyarakat-masyarakatnya sendiri.
Tanya aja kenapa mereka memilih perwakilan dan pemimpin mereka, loh orang bukan karena visi atau program kerja yang ditawarkan. Hanya karena masalah intuisi dan kayaknya gua pilih ini aja. Tidak ada dasar, hanya popularitas, intuisi tanpa data, serta uang serangan fajar paling. Toh masyarakatnya juga sama jika diberikan jabatan yang sama juga kelakuannya akan sama gakan beda. Selagi permasalahannya ada di ketotolan, mau ganti orang berapa juta kali pun akan sama karena bukan ketololannya yang diberikan solusi. Bedanya cuman yang ono punya wewenangnya.
Tak heran kenapa mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan 3 kata yang ada di pembukaan UUD 1945. Ya memang karena mencerdaskan kehidupan bangsa adalah akar dari permasalahan semua ini menurut gua. Jika rakyatnya cerdas, pemimpin dan perwakilannya pun juga akan cerdas. Begitu juga sebaliknya, jika rakyatnya masih begitu antusias mengurusi selangkangan atau aib orang lain, pemimpin yang bagaimana sih yang kita dambakan?
Sudah dulu, ngantuk dan kepanjangan
Jadi, untuk memulai lagi semua ini dan mengakhiri libur gua yang kepanjangan, gua ingin mengajak teman-teman sekalian untuk lebih peka terhadap pilihan-pilihan hidup terutama yang melibatkan permasalahan halayak ramai. Untuk orang-orang yang masih bilang “Ah mau siapa aja jadi presidennya, hidup gua juga masih begini-begini aja” mungkin belum belajar aja kalau uang yang biasanya cukup satu bulan sekarang hanya cukup setengahnya karena harga yang naik disebabkan oleh pajak. Atau anaknya atau bahkan dianya sulit mendapatkan pekerjaan karena banyaknya perusahaan yang tutup atau bangkrut. Ah banyaklah pokoknya. Mari kita belajar bersama-sama, bahwa politik itu bukan hal yang dibutuhkan untuk orang yang mau calon DPRD aja, tapi berdampak ke seluruh aspek kehidupan baik yang status ekonominya atas maupun yang bawah, baik yang berjabatan atau tidak, baik yang pekerja atau pemberi kerja.
Kita akhiri dulu 3L Weekly Blog Edisi Ke-Lima minggu ini. Semoga waktu luang yang gua luangkan ini dapat berdampak untuk siapapun dan terutama untuk diri gua sendiri.
Sudah dulu, ngantuk dan sudah kepanjangan.
Sampai jumpa di 3L Weekly Minggu Depan.
Cheers,
Leave a Reply