Perbedaan | 3L #4

Perbedaan | 3L Weekly Blog

Halo halo, selamat datang di Long Live Learning Weekly Blog edisi ke-empat, Perbedaa | #4. Minggu ini gua disibukkan dengan proyek yang gak ada duitnya, baik yang sudah dibayar duluan atau pembayarannya masih baru dipastikan bulan depan. Boleh-boleh aja ekonomi dunia apalagi negara ini sedang melemah, tapi jangan ekonomi keluarga ini juga ya tuhan kalau boleh request. Hehe. Nah dari beberapa kesibukan proyek di masa ekonomi melemah ini, ada beberapa hal yang pengen gua bahas di 3L weekly blog ini:

SBY pensiun bikin karya, Kok Jokowi Pensiun ga bikin Furnitur?

Minggu ini diawali dengan berita pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) rilis Official Music Video dari lagu “Save Our World“. Beliau ini kayaknya memang dekat sekali ya dengan dunia seni, dari buku, lukisan, sampai lagu. Bahkan pak SBY ini bukan hanya pelaku seni saja kayaknya, tapi juga sepertinya dekat dengan pelaku-pelaku serta komunitas dari seni-seni terkait. Buktinya, lagu versi sebelumnya dari lagu ini berjudul “Untuk Bumi Kita” di aransemen oleh Erwin Gutawa, sedangkan yang versi baru dan bahasa inggris (Save Our World) ini oleh Tohpati. Koneksi musisinya sih lumayan keren juga walaupun gak dapat dipungkiri terbantu dengan previlage beliau sebagai presiden ke 6 repubik ini. Yah at least beliau memanfaatkan previlage-nya dengan bijaksana.

Perbedaan | 3L Weekly

Disamping musik, koneksi dan relasi beliau di bidang kesenian lain juga tak kalah top. Contohnya di seni rupa, beliau belajar melukis aja harus sampai ke negri paman sam, belajar sama Brian Blood. Memang koneksi beliau di dunia kesenian ini bukan kaleng-kaleng, elit-elit loh. Di musik aja mainnya sama Tohpati, Erwin Gutawa, Vina Panduwinata, Sandhy Sandoro, Saykoji, Titiek Puspa dan kawan-kawan, bukan sama Anang Hijau Lumut atau si Pamungkas Gesek-Gesek. Haha

Gebrakan pak SBY ini bukan hanya terhenti di video musiknya saja loh, tapi juga di kolom komentarnya. “Ini baru presiden pensiun yang bener, lah yang ono malah mengacak-ngacak konstitusi”, “Karya itu lagu baru, bukan ijazah palsu”, “SBY memang presiden terbaik”, dan masih banyak lagi membanjiri kolom komentar dari video ini. Gua bukannya setuju, cuman maksudnya jangan membanding-bandingkan sesuatu yang ga apple to apple gitu loh. Memang, SBY juga bukan presiden yang sesempurna itu ya namanya juga manusia. Zaman beliau juga banyak kasus fenomenal kayak Kasus Century, Lumpur Lapindo dan lain-lain. Tapi jangan juga dong dibandingin dengan presiden-presidenan, ga apple to apple gitu loh. Zamannya SBY memang tidak sebagus itu, walaupun zaman setelahnya malah tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Coba ya kita bisa kasih open challenge gitu ke pak Jokowi untuk membuktikan kemampuan berkaryanya beliau berdasarkan keahliannya yang emang dia tekuni kayak buat furnitur, atau video tutorial buat meja kerja DIY atau apa gitu yang sesuai keahlian. Ga usah harus kayak pak SBY yang berkarya dari seni, karena memang kan ketertarikan manusia beda-beda. Kalo pak SBY kan bikin lagu, beda dong sama pak Jokowi yang “dibikinin lagu”. Makanya buktiin dong karyanya buat furnitur kayu gitu atau apa jangan malah ilmunya dipakai untuk menebang pohon dan membabat hutan.

Perbedaan adalah karya tuhan yang dirusak manusia

Karena setiap manusia punya perbedaan masing-masing seperti yang telah gua bahas di Jokowi dan pak SBY, selanjutnya gua pengen ngomongin perbedaan.

Akhir-akhir ini gua merasa perbedaan itu sudah sangat sulit ditemukan di masa sekarang, semua orang malah gamau berbeda satu sama lain, harus sama, harus seragam. Perbedaan yang diciptakan sebagai sarana untuk terhubung dan mempelajari satu sama lain gua rasa sudah mulai dikesampingkan, apalagi dengan adanya internet dan perkembangan teknologi yang pesat ini.

Sejak kapan definisi kesuksesan hanya diukur dengan keberhaslian finansial, sejak kapan tolak ukur kecerdasan seseorang dari kemampuan matematis, sejak kapan ibu-ibu hanya boleh menjadi ibu rumah tangga. Sekarang setiap hal itu ada standarnya baik dari sosial media ataupun kehidupan sosial beneran, dan jika kita semua tidak mencapai standar tersebut maka kita gagal. Red flag anjing.

Sekarang jika buka social media isinya seragam, semua orang mengikuti trend. “Goodbye June” isi 6 foto keseharian juni, setiap lagu backsound dari konten masak, konten ibadah, konten edukasi semua isinya “Mangu-Fourtwnty”. Setiap konten UMKM bukannya mencerminkan value dari produk mereka malah menjual kesedihan owner yang struggle bangun bisnisnya, atau setiap personal figure yang berbasis masa besar pasti jualan produk digital berupa pdf walaupun ga menyentuh permasalahan teknis tapi dasar-dasar yang sebenarnya bisa di riset sendiri online. Semua sama, seragam.

Ah gua aja yang ga trendy kali? Memang, gua akuin gua tidak ikut-ikutan trend. Tapi coba lihat sisi lainnya. Semakin kesini semua orang mengarah pada tujuan hidup, arah hidup, gaya hidup yang seragam, bukan beragam. Bahkan jadi standard yang kalau tidak diikuti malah dicap redflag, tidak update, katrok. Dari rumah impian, keluarga impian, pekerjaan impian, orang tua impian, anak impian, dan lain-lain. Padahal, dari hari pertama lahir ke dunia aja setiap manusia diciptakan berbeda-beda, tapi harus jadi hal yang sama di hari akhir kehidupannya. Jadi, untuk lu yang hidupnya tidak sesuai standar sosial yang di umur 25 tahun udah jadi manager, punya rumah sendiri, kambing 9 motor 3 bapak punya, lu tidak salah, tidak redflag, tidak gagal dalam hidup. Semua orang punya proses yang berbeda-beda, perjalanan yang berbeda pula, jangan pernah mau dibuat standar oleh manusia yang bahkan penciptanya tidak melihat hasilnya, tapi proses perjuangannya.

Sudah dulu, ngantuk dan kepanjangan

Walaupun sebenarnya di 3L weekly blog biasanya ada 3 seksi bahasan, untuk kali ini gua mau bikin cukup 2. Bukan hanya biar masuk ke bahasan tentang perbedaan dan trend yang memecah kebiasaan umumnya gua, tapi juga karena memang kondisi minggu ini yang cukup padat dan penuh deadline. Kita akhiri dulu 3L Weekly Blog Edisi Ke-Empat minggu ini. Walaupun minggu depan gua akan ada kegiatan mendesak, tapi gua usahakan semoga blog ini bisa tetap update. Masa iya baru 4 edisi udah mau libur aja, blogger macam apa ini!.

Sudah dulu, ngantuk dan sudah kepanjangan.

Sampai jumpa di 3L Weekly Minggu Depan.
Cheers,


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *