Privilege

Tenang, Hidup memang tidak adil. Bukankah hal tersebut adalah hal yang kita keluhkan sekarang? Saat ini. Privilege yang menurut sebagian orang hanyalah alasan kita untuk tidak berjuang. Nyatanya, dipercayai sebagai hal yang lumrah untuk beberapa orang. Selamat datang, selamat menjelajah imajinasi.

Sejauh yang saya tahu, privilege dapat saya artikan dengan jelas sebagai hak istimewa. Menganggapnya sebagai kartu bebas dari penjara dari permainan papan seperti Monopoli? Tak apa, semua orang punya definisinya masing-masing. Baik dari pemahaman, pergaulan maupun perjalanan spiritual mereka? Memang, tak ada yang pasti di dunia. Lalu mengapa sebagian orang dapat memastikan masa depan hanya dengan memilih jurusan yang diambil di perguruan tinggi, atau bahkan pekerjaan sebagai pegawai negri. Entahlah, sekarang saya melihat lebih banyak tuhan daripada agama yang diyakini di negri ini.

Di satu sisi, privilege dianggap sebagai alasan yang hanya dibuat oleh orang lain untuk berhenti atau minimal menurunkan etos dalam berusaha. Memangnya orang miskin tidak bisa menjadi kaya dengan usaha? Jawabannya bisa, tapi sulit. Haha. Disamping itu, kaya dan miskin adalah hal yang relatif, variabel yang dihitung dalam hal kekayaan memang sangat variatif. Sulit bukan berarti tak mungkin, kembali lagi yang menentukan kepastian hanya tuhan. Jangan berhenti berharap dan berusaha, terkadang tuhan juga lupa akan usaha kita, oleh sebab itu kita harus berusaha lebih sehingga tuhan dapat melihatnya atau mencoba untuk mengutarakannya lewat doa?

Lain lagi dengan orang-orang yang menganggap bahwa privilege memang benar adanya. Semua orang tidak terlahir dengan starting point yang sama. Saya cenderung memiliki argumen yang sama dengan pihak ini, namun sangat disayangkan bahwa starting point yang diperhitungkan oleh mayoritas manusai hanyalah materi. Terkadang orang lain lupa untuk menghitung pengaruh, lingkungan dan hal lainnya sebagai privilege. Menariknya, saya menemukan bahwa orang yang menganggap privilege benar adanya bahkan berusaha lebih keras dibandingkan dengan orang yang menganggap bahwa privilege itu adalah suatu mitos. Menarik.

Privilege dan Hak Istimewa

Secara pemahaman, orang yang tidak percaya harusnya berjuang lebih keras karena kepercayaannya terhadap garis start yang sama dari seluruh manusia di muka bumi. Namun, sebagian orang khususnya di lingkungan saya berjuang lebih keras karena percaya terhadap privilege. Sederhananya, jika kita tidak mendapat hak istimewa, apa hak kita untuk berhenti berjuang. Kita menganggap diri kita miskin karena kehampaan hak istimewa, lalu apakah kita hanya diam saja? Hal tersebut berbeda dengan orang yang tidak percaya, mereka hanya berlindung dengan kata “perjuangan” yang mereka anggap orang lain menuangkan lebih banyak daripada mereka tanpa mencoba untuk berlari lebih kencang.

Saya percaya bahwa hak istimewa itu benar adanya. Ada orang yang memang terlahir dengan materi yang tak terbatas, namun karena itulah saya sebagai orang yang tidak diberi tuhan hak istimewa tersebut tidak punya alasan untuk beristirahat lebih lama. Istirahat adalah hal yang wajar, atau dapat disebut sebagai kebutuhan, tapi sudihkah saya tertinggal lebih jauh dari orang yang bahkan punya hak istimewa dari lahir? Mari kita jawab bersama, namun dengan tindakan bukan dengan hanya mengeluh dengan hak istimewa atau bahkan berlindung dibaling kata “perjuangan”.

Salam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *