Meramal Masa Depan

Dini hari ini dimulai dengan sebuah pertanyaan. Bisakah saya meramal masa depan? Jika saya bisa melakukannya, mungkin saya akan lebih mampu mengantisipasi hal yang akan terjadi. Atau, hanya sekedar bersiap untuk mengahadapinya? Satu hal yang pasti, kemampuan untuk melompat ke masa itu adalah hal yang paling menguntungkan di hidup kita ini. Jika saya bisa? Kenapa memilih untuk tidak?

Sebelum jauh, mungkin kata meramal sedikit memberikan kesan yang kurang/lebih religius. Mungkin? Atau mungkin meramal juga membawa kita kepada pemahaman spiritual lebih dibandingkan dengan keilmuan. Kata ramalan terkesan seperti hal yang tidak berdasar untuk dipercaya dengan konsiderasi data yang kurang. Oleh karena itu akan lebih mudah dibicirakan secara logis jika saya mengganti kata meramal dengan memprediksi. Lihatlah perbedaan asumsi yang tercipta hanya karena diksi yang digunakan. Memang, kata-kata terkadang berpengaruh sangat besar walaupun sering kali disepelehkan. Bukankah sekarang otak kita sudah mulai menerima kata prediksi dibandingkan ramal, yang terkesan kurang real, achievable, dan logic.

Prediksi

Mempersiapkan masa depan adalah hal yang selalu ditanamkan oleh orang tua hampir semua manusia di muka bumi ini. Contoh kecilnya, kebanyakan dari kita selalu diamanati untuk menabung demi mempersiapkan masa depan. Bahkan semenjak dini. Hal yang wajar, karena hal yang paling ditakuti manusia selain kegagalan adalah ketidakpastian. Jadi berbanggalah kalian semua, orang yang hidup dengan ketidakpastian yang tinggi. Kalian Hebat!.

Lebih jauh lagi selain hal personal seperti menabung, bahkan manusia selalu berusaha untuk bersiap menghadapi masa depan dalam kelompoknya. Seperti organisasi, perusahaan dan hal-hal kolektif lainnya. Di organisasi kita sering membuat rencana dalam satu periode kepemimpinan, yang nantinya akan diturunkan menjadi timeline sebagai pedoman dalam menjalankan organ-organ dalam organisasi. Lebih jauh lagi, perusahaan juga melakukan antisipasi serta persiapan untuk masa depan berupa rencana yang mereka pelajari dari tahun, semester, triwulan bahkan bulan-bulan sebelumnya. Dari contoh-contoh tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa data adalah hal yang penting. Data tersebut bukan hanya deretan angka, atau kata-kata yang dirangkai guna mengevaluasi kinerja sebelumnya. Namun, hal tersebut juga dapat menjadi sesuatu yang dapat dipelajari untuk menghadapi hari-hari setelah hari ini.

Depan dan Belakang

Hal tersebut adalah hal yang umum bagi kita semua. Tanpa saya paparkan pun kebanyakan orang sudah mengetahui bahwa data masa lalu adalah dasar pengambilan keputusan di masa depan. Namun, dalam tulisan kali ini, saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk melihat dengan arah yang berbeda. Bagaimana kalau kita membaca masa depan dengan sesuatu yang memang sudah berada di depan? Terdengar seperti lelucon? Tak apa.

Andaikan saja kita semua berada pada satu barisan yang berisi 10 orang menuju tempat yang sama dan berjalan secara bersamaan. Apakah semua orang akan bertemu dengan pertigaan pertama secara bersamaan? Tidak. Orang yang berada di barisan paling depan adalah orang yang pertama bertemu pertigaan tersebut, dan orang yang berada di barisan dengan nomor urut 10 lah yang akan bertemu pertigaan paling terakhir. Lalu, apakah orang yang paling depan akan memberi tahu kepada orang yang berada di paling belakang? Belum tentu. Namun, jika berada di barisan paling belakang apakah kita tidak punya hak untuk bertanya atau mengamati? Tidak.

Posisi

Kita semua tahu posisi kita sedang berada di posisi yang mana dalam barisan. Hal yang berat bukan mencari tahu posisi, tapi berdamai dengan posisi bahkan kita adalah orang dengan posisi paling belakang di barisan. Mulailah mencari orang dengan posisi terdepan, lalu kita berangkat dengan opsi bertanya atau mengamati. Namun kembali lagi, mengamati tidak butuh 2 pihak untuk dijalankan, hal yang berbeda dengan bertanya. Mari kita coba amati.

Sejauh ini, dari hal yang saya amati. Hal yang sedang banyak diminati di DKI Jakarta akan menjadi hal yang juga sedang banyak diminati dalam beberapa bulan di kota besar terdekat dari DKI Jakarta, seperti Bogor, Depok, Bandung dan lain-lain. Namun akan diminati dalam hitungan semester atau tahun di kota-kota yang berada di pulau yang berbeda dari DKI Jakarta, seperti Sumatra, Kalimantan dan lainnya. Tidak hanya itu, bahkan hal-hal yang hype di USA akan punya kemungkinan besar untuk hype di Indonesia dalam beberapa tahun kemudian. Kembali lagi, hal yang berat bukan mencari posisi, tapi berdamai dengan posisi kita sekarang.

Motif

Hemat saya, kita dapat sedikit melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan. Memprediksi masa depan terkadang bukan hanya sekedar membaca data masa lampau, namun menurut saya kita juga dapat membaca masa depan dari sesuatu yang memang sudah berada di depan kita semua. Sekali lagi, tidak ada hal yang pasti di dunia ini, baik benar dan salah. Jangan pernah berhenti melihat sesuatu dari sudut yang berbeda karena takut berbeda dan terkesan salah. Keputusan benar dan salah hanya milik tuhan, kita bebas berpendapat dan berargumen berbeda dari mayoritas. Selain itu, hal yang sulit bukanlah mencari posisi tapi berdamai dengan posisi kita sekarang. Sulit bagi kita semua untuk mengakui posisi yang berada lebih jauh dibelakang orang lain, namun hal tersebutlah yang membuat kita sulit untuk berpindah dari barisan belakang menuju barisan yang berada lebih depan.

Salam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *