The end of chapter 3

Tentang Saya Tentang Saya Edit Template The End of Chapter 3 Have you ever imagine what’s like to be you in the next 5 year or more? Quick tips, don’t do it. LMAO. Sorry, i don’t really mean that. It was just a sentences that makes me feel better because i did it, and it was not even close to what i am imagine what kind of person will i be 5 years ago. It hurts, it is. When you can’t be something that you were dreaming of. But if ain’t hurting you, that can be the time when you cant even breath. that is why we call it alive. Let’s just cut the crap. we are moving to what i really want to write at the first place. Chapters I have been through a lot in my life, sometimes they were going as what i planed, but mostly the don’t. live is full of surprises, may be that is why the Radiohead don’t want to be surprised as what they wrote on “no surprises” song. So, basically i have divided my life as a chapters. But now, as for me, i think this one is the end of the third chapter of my life. I can’t exactly tell what makes it a chapter. i just knew it!. But for a hint, i think it’s just how different i am from one chapter to another, like being another person of mine. And i guess it caused by experiences and lessons that i learn from each chapter. But you know what, i am a dickhead from all of the chapters. LMAO First chapter was kind of normal, being a good kid that you’r parents proud of or just trying to be that shit. Nothing interesting. I can tell that the end of this chapter was when i am not accepted at the high school as i really wanted. but god give me what i needed. If only i was accepted on that high school, i can even guarantee you what am i doing know, tomorrow and the next other day. It’s being a competitive bastard which feeling like i can be better than anyone else in this fucking world. I can’t even imagine to have friends, they are all competitors. It was a gate for the next chapter, which is the opposite of the first one. I was giving up trying to be better than anyone else, it was not because i don’t want to. Simply it was because i can’t. Being a retarded ugly person which has nothing to be proud of. The grades that always been a topics of my parents and talked about, it is now a shit that a really don’t want to talk about. It was a deep depressed when you were the one that everyone knows you because of your achievement, but now you are a no one, which only known by the school engineer and be friend with them. This Chapter Hey man, writing this shit is just making me realized, that i can grow from one shit to a better one is just because i got rejected or the life just hit me straight on my face. I was going for the next chapter because i also cant get what i really wanted. Wtf, my life is very suck, omg i just realized it. Enough from the past. From all of the chapters that i have been through, this one if my favorite, the third chapter of my life. It is because i just found out what really matters on living a life. at least for now. Think You know what. Man, we dont need to have everyone that cares to us. Why should we make people notice us that much?. Also why should we care about everyone too? exhausted right? i have learn in this chapter that we dont need to care to people which not even care to us. We dont need to think about how people think about us. We just need to think about people that also think about us. As simple as that, your live change a lot Dream About dream, i may be a dreamer. I always wanted something which realistically so fucking hard to get. Don’t worry, there is also a time when i read something that people write on the internet. I knew her. she write that dont waste your time dreaming. Based on her story, she was just ended up to be a normal housewife which only taking care of her husband and childrens. Although at the first place she wanted to be a writer which known by a lot of people in this planet. At that time, there’s a part of me which believing the story, and i tell to my self to stop making jokes of yourself to have such a lot daydream. But, ironically the other part of me is just keep believing that she’s just giving up on trying. I believe that if she’s not giving up for just like some time more in the future. She wont just ended up like what she doent wanted to be. Hey girl, if that is easy, i bet everyone will get what they wanted. Back to what i said at first. That is live At the end, i just still ended up as a dreamer. I still believe that you cant kill a dream. At least that is what i hear from Pandji. You cant kill your dream, it will just be sleeping. And when you get older, it will just come back to you as a regretion. Friend I dont have any idea about this. At least, at the first time of entering this chapter. Even, i dont even wrote anything about this in my book. Because, yeah i dont know what it is. I purposely make this section blank in “reztart” book, becase i believe some day i can define what is this word means to me in the

Stereotipe

“Gondring kok ga nyopet” adalah sebuah stereotipe yang sukses diciptakan oleh orde baru. Selain cina itu pelit atau orang islam itu teroris? Eh, kelewatan. Halo para ranking 1 disekolah yang katanya sukses terus sekarang jadi pesuruh perusahaan. Tapi Halo juga sih untuk kamu yang bingung usaha terus tapi belum ada kesuksesan menghampiri. Alangkah indah Indonesia, negara kita tercinta. Setiap orang diberi hak untuk berbicara, berpendapat bahkan melakukan penilaian sepihak. Selain judgement yang sudah ditanamkan dari pendidikan dasar, Indonesia juga tak pernah kalah loh masalah melucu dan eksploitasi. Mungkin tak cukup sumber daya alam. Manusia dan kepribadiannya pun di eksploitasi. Emang pernah ada penelitian tentang penampilan berkolerasi lurus dengan isi kepala? Emangnya pakai kemeja dan rambut dipoles itu sudah pasti masuk surga? Lah orang yang rambut pendek, pake dasi, bangun pagi, pergi ke kantor yang berbentuk “barang wanita” disana malah baru selesai mengesahkan UU Lelucon. Kenapa saya harus. Lah? Katanya pengen maju, kok kretivitas dibatasi bahkan dari lahir? Bukannya progresifitas diukur dari penampilan yah? Gimana mau kreatif kalo beda sedikit disangka penghuni neraka, tidak ada masa depan, ugal2an. Tapi negara ini tetep menuntut anak muda kreatif walaupun mereka sudah menekan habis kreatifitas dari kecil. Maunya apa sih? Udah kayak ibu2 yang lampu sein ke kanan tapi belok ke kiri. Eh itu juga steretoip ga yah? Apakah saya juga melakukannya? Gapapa ah, toh negara ini mendukung. “Enak jaman-ku toh”. Ialah orang yang ditakuti satu orang bisa berdampak pada satu negara.Betapa indahnya dunia ini, betapa indahnya negara-ku tercinta Ayodong kita bikin stereotipe baru kayak “berdasi kok ga korupsi” eh kebagusan, harusnya “berdasi kok ga nyopet”. Atau “Presiden kok mau dikritik”. Ah sudahlah. Terakhir. Baik buruknya seseorang bukan hal yang dapat di standarisasi baik bagi norma ataupun nilai. Suatu hak prerogatif seorang untuk menilai seseorang lainnya yang berhubungan dengannya.

Kepemilikan

Bukan hanya nama, representasi atau investasi. Kepemilikan sekarang adalah hal yang sedikit menganggu produktivitas saya, terutama di domain katamardani.com ini. Bingung sekaligus mencari alasan sebagai kambing hitam adalah hal yang terus menerus menggerogoti produktivitas saya disini. Maaf dan terima kasih! Sudah sekian lama saya meinggalkan anak emas saya yang satu ini. Memang, dibanding karya yang lainnya, domain ini adalah salah satu karya saya yang dikenal banyak orang. Mungkin hanya tentang diri saya sendiri yang belum siap untuk menerimanya atau mungkin saya hanya menciptakan alasan tersendiri untuk memperlambat sistem produksi dari barang ini. Kepemilikan adalah hal yang saya pertimbangkan dari hari ke hari hanyalah membuat saya terus menunda kegembiraan melakukan ini. Dulu, salah satu teman saya yang entah beliau menganggap saya sebaliknya atau tidak. Salah satu gitaris dari band yang cukup terkenal di kalangan anak muda pernah berkata kepada saya. “Semakin banyak orang yang mendengar lagu saya, semakin berbeda kepemilikan dari band ini”, “Dulu, mungkin band ini hanya milik saya dan vokalis saya, namun sekarang saya merasa band ini sudah milik fans saya”. Hal tersebut membuat dia berfikir dengan cara yang berbeda, dari menulis lagu karena keinginan hatinya menuju ke menulis lagu yang fans saya akan sukai. Karena fikir-nya band bukan hanya milik dia saja, fans dari band adalah orang yang paling memiliki band tersebut. Kalimat tersebut ternyata jatuh jauh lebih dalam ke diri saya dari yang saya tanggapi pada waktu itu. Hal yang sangat membebani saya akhir-akhir ini. satu kata yang sedikit mendalam, kepemilikan. Ketika salah satu tulisan saya sudah menjadi tulisan yang berada di pencarian paling atas di search engine dan semakin melonjaknya pembaca. Saya mulai berfikir bahwa domain ini sudah bukan milik saya saja, tapi juga teman-teman pembaca yang tetap menunggu update dari tulisan-tulisan domain ini. Semakin saya berfikir tulisan apa yang dapat bermanfaat dan berguna bagi teman-teman sekalian, dan tulisan yang bukan memiliki makna pengulangan yang sudah saya tuliskan di artikel-artikel sebelumnya. Semakin tidak ada satu-pun artikel yang saya tulis, sampai larut, sampai jauh, lalu hilang. Terima kasih untuk teman yang lainnya, karena ada beberapa teman saya yang juga memiliki domain mereka sendiri. Kebanyakan mereka membuat diary yang bedanya ditulis secara online. Ketika saya mulai menelusuri mereka satu persatu, membaca tulisan per tulisan yang mereka tulis di domain mereka sendiri. Saat itulah saya tersadar, tersadar akan tujuan awal saya membangun domain ini adalah untuk menjadi bahan bacaan saya di masa depan, untuk mengingatkan saya tentang nilai yang selalu saya dapati dan pegang, untuk membuat diri saya tetap menjadi diri saya apapun kondisi yang akan saya lampaui di masa depan. Lalu mengapa saya harus memikirkan nilai apa yang pembaca saya dapatkan? mengapa saya harus berfikir 3-4x untuk menggunakan bahasa indonesia atau english karena takut untuk tidak dapat dimengerti maksimal oleh semua orang? Mengapa saya harus bertarung di SEO untuk menjadi yang paling atas? Bukankah bukan itu tujuannya? Terkesan egois memang, tapi saya percaya akan nilai tersebut. saya akan tetap selalu menjadi diri saya sendiri. Bukan merubah sesuatu karena ingin menjadi atau disenangi oleh orang lain. Terkadang kita memang lupa diri terlalu jauh, bukan hanya masalah kepemilikan teman. Ketika kita merasa tersesat, tak tahu harus kemana. Mari kita bersama duduk, dan ingat kembali tujuan dan niatan atas mengapa kita melakukan ini pada awalnya. Percayalah, tetap pada tujuan kita. Merubah tujuan bukan solusi yang tepat. Satu hal lagi, ajaibnya, mengingat tujuan awal kita akan memberikan energi yang sama ketika kita mulai melangkahkan kaki untuk pertama kali menuju tujuan yang telah kita sepakati, baik hati, otak maupun dirimu sendiri. Salam,